2 Hotel di Kota Malang Ini Dibangun Sejak era Kolonial Belanda

Hotel Pelangi dibangun sejak era kolonial Belanda

DeMalang.ID – Sejak masa kolonial Belanda Kota Malang sudah dikenal sebagai tempat persinggahan favorit kaum elit eropa. Salah satu buktinya adalah bertebaran tempat penginapan atau hotel yang sebagian besar terpusat di tengah kota.

Hampir semua hotel itu dikelola oleh orang eropa dan letaknya tak jauh dari Alun-alun Malang. Jadi tempat menginap para pengusaha dari luar kota pemilik perkebunan di kawasan Kabupaten Malang dan sekitarnya. Serta tempat singgah sebelum pelesir di berbagai tempat di daerah ini.

Dalam buku Kebijakan Konservasi Kayutangan disebutkan, pada era 1900-1940 berdiri sebanyak 12 hotel. Ketersediaan kamarnya mulai puluhan sampai ratusan kamar. Para pengelola hotel itu tak ragu iklan promosi di sejumlah surat kabar pada masa itu.

Hotel-hotel ini yakni Palace Hotel, Astor Hotel, Apollo Hotel, Emma Hotel, Heck (Pension), Hermione (Pension), Juliana Hotel, Mabes Hotel, Muysenberg (Pension), Mansion Hotel, Splendid Hotel, Riche Hotel, dan Van Smaalen.

Dari seluruh hotel itu, hanya segelintir yang masih bertahan sebagaimana fungsi awalnya sampai sekarang. Pengelolanya pun telah berganti, tidak lagi dimiliki oleh pendiri pertama. Hotel-hotel bersejarah peninggalan kolonial itu tidak hanya sekadar tempat menginap.

Ada romantisme sejarah dan budaya masa lampau. Masing – masing memiliki cerita dan daya tarik tersendiri kepada para tamu yang menginap. Ada jejak arsitektur dan sejarah bagian dari pembentuk budaya Indonesia.

Berikut adalah 2 hotel di Kota Malang yang masih bertahan sejak era Kolonial Belanda. Keduanya telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Malang. Keduanya tepat berada di jantung kota.

Hotel Pelangi Malang dibangun masa kolonial Belanda
Hotel Pelangi Malang berdiri sejak masa kolonial VOC Belanda (Foto/IG @pelangimalang)

Hotel Pelangi

Ini adalah hotel tertua di Kota Malang. Dibangun pada 1870 dengan nama Lapidoth Hotel memiliki 50 kamar dengan arsitektur tradisional Jawa (joglo). Ganti nama Hotel Malang lalu berubah jadi Hotel Jansen pada 1900 setelah bangunannya diperbaiki.

Setelah dipugar ulang, beralih nama menjadi Palace Hotel pada 1915 dengan arsitektur bangunan lebih modern. Tersapat dua menara di sisi kiri dan kanan bangunan utama. Termasuk hotel terbesar Malang masa itu. Sempat bernama Asoma Hotel pada masa pendudukan Jepang (1942-1945).

Hotel ini berhenti beroperasi pasca peristiwa Malang Bumi Hangus era Agresi Militer Belanda I karena rusak parah. Aktif lagi setelah dibeli pengusaha asal Banjarmasin dan diubah namanya jadi Hotel Pelangi sejak 1964.

Bagian restoran hotel ini masih asli 100 persen seperti awal dibangun dengan tegel keramik. Terdapat lukisan dinding dari keramik yang didatangkan langsung dari Belanda. Hotel ini beralamat di Jalan Merdeka Selatan Nomor 3 Kota Malang.

Hotel Richie salah satu penginapan era kolonial Belanda yang masih tersisa (Foto/hotelriche.co)

Riche Hotel
Didirikan pada 1930 dan segera menjadi salah satu hotel favorit kala itu. Letak Hotel Riche di tengah kota, di seberang Societeit Concordia (sekarang Sarinah Plaza) tempat orang – orang eropa berdansa dan bermain biliar.

Hotel ini dibeli seorang pengusaha keturunan Tionghoa bernama Oey Pek Hong (Juwana Hardjawijaja) pada 1975 seorang jaksa tinggi di Kota Malang ketika itu. Sampai sekarang bangunannya hampir tidak banyak perubahan berarti.

Konsep kuno pada hotel ini tidak begitu berubah, tetap mempertahankan arsitektur bergaya Art Deco meskipun beberapa kali ada perbaikan. Lantainya menggunakan tegel keramik, menggunakan pintu kayu solid berpanel dengan kombinasi logam dan lainnya. Hotel ini berada di Jalan Basuki Rahmat atau Kayutangan Nomor 01.

Hotel – hotel bersejarah peninggalan kolonial tersebut tidak hanya menawarkan akomodasi yang nyaman. Tapi juga menyuguhkan pengalaman unik untuk menyelami masa lalu. Kita seolah diajak melihat kembali sejarah dan budaya masa lampau.

Bila anda tertarik dan ingin mengetahui sejarahnya, para petugas hotel tak akan ragu menjelaskan riwayat pendirian tempat penginapan tersebut. Nikmati keindahan arsitektur, layanan yang ramah, atmosfer yang memikat dan menjelajahi jejak sejarah Kota Malang. (Zainul Arifin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *