DeMalang.ID—Sebuah kayu pasung terpampang di bagian depan Museum Kesehatan Jiwa di Desa Sumberporong, Lawang, Kabupaten Malang. Salah seorang pengunjung Esa Fajar Hidayat menjajal memasukkan kedua kaki di dalam lubang pasung. Beberapa menit dia duduk dengan kedua kakinya dipasung. “Tidak ada kebebasan. Untuk begerak saja tidak bisa. Perasaan kaki dibelenggu, tapi pikiran juga ikut terbelenggu,” katanya.
Esa mengaku tak pernah melihat pasung, maupun orang yang dipasung. Ia hanya melihat dari layar televisi. Esa merupakan dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang jurusan Teknik Geodesi, ia datang ke museum untuk penelitian dan pengabdian masyarakat. Menurutnya, barang koleksi museum merupakan barang langka.
Seperti deretan buku di tiga lemari penuh yang memenuhi ruangan. Buku berbahasa Jerman dan Belanda koleksi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Sebagian besar merupakan buku tentang kesehatan jiwa yang ditinggalkan para dokter Belanda yang merintis mendirikan RSJ Lawang.
“Sayang perawatannya kurang. Untung kertasnya berkualitas tinggi,” katanya. Menurutnya butuh perawatan ekstra untuk menjaga agar buku tidak rusak atau lapuk. Sedangkan koleksi lain seperti projector film dan mesin ketik tidak terawat. Objek logam, katanya, wujudnya utuh dan bagus tapi secara fungsi terdegradasi.
“Jika dirawat tetap seharusnya bisa berfungsi dengan baik,” katanya. Selain itu, Esa tengah menyiapkan pengabdian masyarakat dengan mendigitalsiasi koleksi. Tujuanya, untuk menggaet anak muda tertarik melihat museum kesehatan jiwa. Dengan disediakan ruang digital yang interaktif dengan pengunjung. Selain itu juga menjaga koleksi museum aman, pengunjung tidak memegang objek museum.
“Proyektor film digunakan untuk menghibur pasien di masa lalu. Setiap Rabu ada bina jiwa. Memutar beragam film untuk hiburan,” kata Kepala Instalasi Pendidikan dan Penelitian RSJ Lawang, Amalia Indah.
Pengelolaan Museum Kesehatan Jiwa di bawah manajemen RSJ Lawang. Di samping projektor, dipajang dua pemutar piringan hitam. Beberapa piringan hitam album musisi lawas ditempel di dinding museum. Sayang, pemutar piringan hitam juga tidak berfungsi.
Kampanye Bebas Pasung
Amalia menjelaskan museum terdiri atas ruang promotif, kuratif, penunjang dan rehabilitasi. Museum merupakan bagian dari sejarah RSJ Lawang. Replikasi kayung pasung dihadirkan untuk mengajak pengunjung merasakan bagaimana saat dipasung. Sebagai bagian dari pendidikan dan kampanye Indonesia bebas pasung.
Museum diresmikan 23 Juni 2009, menampilkan koleksi 700 peralatan RSJ Lawang. Di museum, juga menyimpan catatan sejarah berdirinya RSJ Lawang. Pembangunan fisik RSJ Lawang dimulai pada 1884 di atas lahan seluas 300 hektare, resmi beroperasi pada 23 Juni 1902. Pendirian RSJ berdasar Keputusan Kerajaan Belanda (Koninklijk Besluit) No 100 pada 30 Desember 1865.
Pada 1905-1906, Radjiman Wediodiningrat tercatat sebagai salah seorang dokter pribumi yang bekerja di RSJ Lawang. Radjiman mengembangkan pendekatan terapi alternatif dengan pendekatan “Rassen Psychologie”. Radjiman Wedyodiningrat (21 April 1879 – 20 September 1952) merupakan tokoh organisasi Budi Utomo. Pada 1945 terpilih memimpin Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Radjiman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2013.
Sebuah peralatan elektronik kuno menyita perhatian, Electro Convulsif Therapy. Sebuah alat terapi yang digunakan ahli syarat untuk pasien dengan gangguan jiwa. Alat terapi ini digunakan terhadap pasien yang telah menjalani terapi obat-obatan, namun tak ada perkembangan. “Alat terapi ini sudah tidak digunakan, sudah ada yang modern,” katanya.
Di samping alat terapi listrik, sepasang baji manset warna coklat dipajang di sudut ruangan. Baju manset, katanya, dikenakan untuk pasien gaduh gelisah tanpa menyakiti atau melukai. Kedua tangan pasien diikat dengan lengan baju maset panjang, sehingga pasien tidak bisa bergerak namun tidak menyakiti.
Selain fiksasi kimiawi dengan obat-obatan, pasien menjalani hidroterapi. Sebuah bathtub atau bak mandi berbahan plat besi, di bagian bawah bolong dimakan usia menjadi salah satu koleksi. Bathtub merupakan media hidroterapi, pasien gaduh gelisah direndam dalam bak mandi hingga tenang. Empat toples transparan berisi janin juga menjadi salah satu koleksi. Janin ini menjadi salah satu penelitian Radjiman yang dikenal sebagai ahli kandungan. Namun, tidak ada keterangan asal dan usia janin tersebut.
Lahan RSJ Lawang yang luas, juga dibutuhkan penjagaan yang ekstra. Dua buah pedang dan teropong menjadi salah satu alat yang digunakan tenaga keamanan menjaga para pasien. Di bagian akhir, pangunjung akan menemukan beragam lukisan dan kriya karya pasien RSJ Lawang. Salah satunya, sebuah lukisan yang menempel di dinding museum menampilkan dua orang putri dan seorang pria berbadan dempal. Lukisan karya pasien RSJ Lawang ini meniru lukisan Basuki Abdullah berjudul Gatut Kaca dan Pergiwa Pergiwati. Kurator museum Basuki Abdullah menilai lukisan mirip dengan karya Basuki Abdullah. Kurator sempat memamerkan lukisan di museum Basuki Abdullah.
Perjalanan RSJ dari Masa ke Masa
Peralatan tenun, alat menutup botol, sterika arang juga menjadi salah satu koleksi yang dulu digunakan rehabilitasi bagi para pasien. “Sehat sosial dan spiritual. Pasien juga harus menjalankan fungsi sosial. Rehabilitasi lukis menjadi salah satu terapi bagi pasien sebelum kembali ke keluarga,” katanya.
Usai kembali ke keluarga, dulu pasien kerap berkirim surat kepada dokter yang merawat. Tulisan tangan surat para pasien tersimpan. Salah satunya, sebuah surat dari pasien yang menyampaikan kabar dirinya dan menyampaikan terima kasih kepada para dokter yang merawat. Surat tertulis tahun 1955.
Sepanjang 2023, sebanyak 10 ribuan orang mengunjungi museum. Tahun ini pengelola museum ditarget mencapai 15 ribu kunjungan. Selama sepekan rata-rata sebanyak 250 kunjungan. Sebagian besar merupakan mahasiswa dan pelajar yang tengah magang. “Mahasiswa magang wajib mengunjungi museum. Untuk mengetahui sejarah dan peralatan kesehatan jiwa masa lalu. Ini miniatur rumah sakit,” katanya.
Tak hanya mahasiswa magang, pelajar SD-SMP-SMA kerap berkunjung ke museum. Mereka tengah mengikuti pembelajaran di luar kelas atau outing class. Para pelajar dijelaskan pentingnya kesehatan mental. “Selaras visi RS, untuk kualitas hidup dan memahami kesehatan jiwa,” kata Amalia.
Direktur SDM, Pendidikan dan Penelitian RSJ Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Mukti Eka Rahadian menjelaskan meseum menjadi wahana pembelajar mahasiswa yang tengah magang. Museum, katanya, menjelaskan perjalanan rumah sakit dari masa ke masa. “Dari zaman dulu sampai modern. Dari peralatan konvensional ada di museum, sedangkan alat modern di RS,” katanya.
Museum menyediakan wahana penelitian. Peneliti juga berasal dari luar negeri, untuk melihat sejarah kesehatan jiwa. Akhir tahun lalu, kata Mukti, Kepala badan riset Belanda mempelajari pelayanan kesehatan jiwa pada masa zaman Hindia Belanda. “Kakeknya dulu dokter di sini. Saat ini sudah terjadwal 114 yang survei dan 139 yang akan melakukan meneliti,” kata Mukti.
Seluruh biaya operasional ditanggung dari operasional rumah sakit. Selain itu, juga pendapatan dari tiket masuk Rp 5 ribu per orang. Untuk meningkatkan layanan dan model pengelolaan museum modern, terbuka bagi perusahaan maupun perseorangan untuk membantu pembiayaan.
Dua bulan lagi, RSJ Lawang akan meluncurkan assessment center health tourism. Paket wisata kesehatan bernama Hasta Brata. Memadukan museum kesehatan jiwa dengan layanan kesehatan di RSJ Lawang. Program bertujuan mematakan pegawai yang berpotensi yang melibatkan keilmuan psikologi industri, psikiatri dan medical chec up. Program ini terkoneksi dengan museum Singosari, dan museum Trowlan di Mojokerto. Salah satunya wisata sejarah. Aspek teknik eksehatan jiwa. EKO WIDIANTO