DeMalang.ID – Memanfaatkan limbah domestik menjadi benda estetik dan bernilai ekonomi. Aktivitas itu sekaligus turut membantu mengurangi masalah sampah. Itulah yang dilakukan Yust Collection, seorang pelaku kerajinan dari barang bekas di Malang.
Ernik Yustiana, semula seorang perajin batik tulis di Malang. Pandemi Cobid-19 sempat membuat usahanya terpuruk, tapi dia bertahan dengan membuat kerajinan dari barang bekas. Awalnya, dia membuat masker memanfaatkan kain perca.
“Kami berusaha bertahan saat pandemi dengan membuat masker dari kain perca,” kata Ernik dikutip dari laman resmi Kominfo Kota Malang.
Dari ide kreatif memanfaatkan sisa potongan kain itu dia lalu mencoba membuat produk lain berupa tas dari kain perca. Dia terus mengembangkan ide kerajinan dari barang bekas. Tidak hanya dari kain perca, tapi juga menggunakan sampah plastik. Tas buatannya diberi merek Tsuy.
Ernik pun tak ragu memanfaatkan berbagai barang bekas menjadi karya kerajinan. Apalagi di lingkungan sekitar banyak sampah nonlogam yang dapat didaur ulang menjadi karya bernilai ekonomi. Dia mengolah sampah menjadi beragam kerajinan seperti seperti aksesoris, lampu belajar, tas, hingga tata busana berupa kostum untuk karnaval.
Berbagai produk kerajinan dari barang bekas karya Yus Collection di Malang ini dibanderol dengan beragam harga. Misalnya Rp 5 ribu untuk gantungan kunci, sedangkan tas seharga Rp 35 ribu-150 ribu. Sedangkan kostum karnaval memanfaatkan bahan daur ulang bisa sampai jutaan rupiah.
Ernik juga tetap mempertahankan usaha batik tulisnya. Pada 2019, dia bersama sejumlah pembatik di Bunulrerjo, Kota Malang, mendirikan Komunitas Batik Kantil. Batik buatan Ernik diberi merek ErnikMbo dan mampu memproduksi 5-10 lembar per bulan.
“Kalau untuk produksi saya dibantu tenaga kerja tidak tetap sepuluh orang,” ucapnya.
Lambat laun, usaha kerajinan dari barang bekas ini berkembang. Usaha Kecil Menenangah (UKM) yang berlokasi di Jalan Binor VIII/8, Bunulrejo, Kota Malang mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB) dengan label ‘Yust Collection’ sejak 2019.
Ernik semakin percaya diri merambah dunia fesyen dan beberapa kali ikut ajang peragaan busana maupun karnaval. Termasuk menjadi instruktur pelatihan karena memegang sertifikat kompetensi. Serta menjadi pembicara di sejumlah program pelatihan.
“Saya sekarang aktif mengajar ekstrakurikuler daur ulang dan membatik di beberapa sekolah,” tutur dia.
Ernik tercatat meraih berbagai penghargaan di bidang daur ulang tingkat nasional maupun lokal. Karya kerajinannya berupa busana meraih Kostum Terunik pada even Kartini Run Jakarta pada 2019. Dia juga diganjar penghargaan Kostum Daur Ulang Terbaik Jambore Sampah Nasional di Bali 2019. Serta menyabet sejumla prestasi di tingkat lokal Malang.
“Punya mimpi tempat saya ini jadi pusat produksi daur ulang dan pemberdayaan warga,” kata dia.
Lewat kerajinan ini Ernik ingin turut berpartisipasi membantu masalah pengelolaan sampah di Kota Malang. Memberdayakan warga Malang terlibat dalam karya kerajinan dari barang bekas sekaligus mewujudkan lingkungan yang bersih dan menjadi usaha yang ramah lingkungan.