Tim Dosen Pengabdian Masyarakat Mandiri UWG Serahkan Alat Pengolah Sabut Kelapa ke Komunitas Tegalsari Maritim

DeMalang.id – Senyum merekah seakan tak pernah lepas dari wajah Sumarianto, akhir pekan lalu. Sama seperti rekan-rekannya, pegiat Komunitas Tegalsari Maritim (KTM) ini tampak tak sabar menunggu momen serah terima alat pengolah limbah sabut kelapa dari tim dosen pengabdian masyarakat mandiri Universitas Widyagama Malang.

Acara serah terima alat ini merupakan bagian dari rangkaian acara Literasi Sehari Agraria dan Kopi untuk Konservasi di Desa Sidodadi dan Serah Terima Alat Pengolah Limbah Sabut Kelapa di basecamp KTM, di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

“Kami sangat senang dengan adanya bantuan alat ini,” ucap Rianto, sapaan karib Sumarianto, kala berbincang dengan DeMalang.id, sebelum acara serah terima.

“Kami juga berterima kasih sekali. Alat ini sangat berguna bagi kami,” sambung pria 44 tahun tersebut. Rianto sendiri kemudian didapuk oleh rekan-rekan satu komunitasnya. sebagai penanggung jawab alat ini

Alat pengolah sabut kelapa ini, menurut salah seorang anggota tim dosen pengabdian masyarakat mandiri Universitas Widyagama Malang, Purnawan D Negara, mampu mengolah sabut kelapa menjadi sejumlah produk lain, termasuk cocofiber dan cocopeat. Cocofiber bisa jadi bahan kerajinan. Sementara, cocopeat bisa dijadikan sebagai media tanam.

Purnawan menyebut bahwa alat senilai sekitar Rp10 juta ini merupakan salah satu jawaban nyata dari potensi yang belum tergarap di Desa Sidodadi. Menurut salah seorang pembina KTM ini, ia melihat banyak sabut kelapa berserakan di ladang warga, tanpa ada yang memanfaatkannya. Paling banter, sabut kelapa ini hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

“Padahal, sabut ini memiliki nilai ekonomi. Di situlah, saya bersama Dr. Tri Wardhani dan tim memprogamkan pengabdian masyarakat untuk mengatasi limbah sabut kelapa,” kata pria yang karib disapa Pupung ini.

Menurut Pupung, tim pengabdian masyarakat kemudian meminta agar para pegiat KTM untuk mencari informasi ihwal alat pengolah limbah dan merancang kebutuhan alat.

Pupung, yang juga merupakan ombudsman DeMalang.id ini, menyebut, keberadaan alat ini tak cuma untuk mengurangi limbah sabut kelapa di Desa Sidodadi. Alat ini, sambungnya, juga bisa membangkitkan potensi ekonomi di wilayah tersebut.

“Produk cocopeat dan cocofiber memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Ada beberapa negara yang sangat membutuhkan. Mereka sudah menghubungi beberapa pengepul. Namun, para pengepul ini masih belum bisa memenuhi permintaan tersebut,” ucapnya.

Di sisi lain, Rianto mengaku keberadaan alat ini bakal sangat membantu upaya komunitasnya dalam mengatasi masalah limbah sabut kelapa. Namun, ia juga menyebut, mereka masih harus terus berusaha dalam menjaga kualitas produk juga dalam hal pemasaran.

“Kami masih punya pekerjaan rumah agar bisa memanfaatkan alat ini sebaik mungkin, terutama soal produk dan pemasaran,” kata Rianto.

Namun, kerisauan Rianto soal pemasaran terjawab. Pupung memastikan bahwa tim pengabdian masyarakat UWG juga bakal membantu soal pemasaran produk.

“Untuk pemasaran, kami menghubungkan saja mereka dengan calon pembeli dan jaringannya. Namun, saat ini, dunia juga sudah maju. Ada media sosial juga. Kami minta mereka juga mencari sendiri jaringan pemasaran cocopeat dan cocofiber,” tegas Pupung.

Bantuan dari pihak UWG tak hanya berupa alat dan jaringan pemasaran. Mereka juga bakal membantu soal teknis penggunaan dan perawatan alat pengolah sabut kelapa tersebut.

“Kami berharap agar alat pengolah limbah sabut kelapa ini bisa difungsikan. Karenanya, yang perlu diperhatikan adalah setelah penyerahan alat ini. Jika nanti terjadi hal yang membuat alat ini perlu diperbaiki, bisa dikomunikasikan dengan tim pelaksana,” kata Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UWG, Fitri Marisa, yang juga hadir pada acara serah terima tersebut.

ADVERTORIAL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *