Gemerlap lampu dari puluhan kios menerangi sepanjang Jalan Kumis Kucing, kawasan Jatimulyo, Lowokwaru, Kota Malang, pengujung Mei 2025 lalu. Ratusan orang tumplek blek, mengobrol, njajan, dan menikmati suasana guyub di acara warga yang berlangsung meriah.
Namun, di balik keriuhan itu, kawasan yang lebih dikenal dengan nama Tembalangan ini ternyata menyimpan cerita lama yang mungkin belum banyak diketahui.
Tembalangan, yang kini jadi bagian dari RW 02, Kelurahan Jatimulyo, diduga bukan sekadar wilayah permukiman biasa. Menurut sejarawan Malang, M. Dwi Cahyono, tempat ini dipercaya sebagai jejak Tamwlang, pusat Kerajaan Medang saat periode Jawa Timur.
Nama Tamwlang sendiri muncul dalam Prasasti Turryan yang ditemukan di Turen, Kabupaten Malang. Di situ tertulis: “Sri maharaja makadatwan I tamwlan”, alias Sri Maharaja yang berkedaton di Tamwlang. Prasasti itu dikeluarkan tahun 929 M oleh Mpu Sindok, raja yang memindahkan pusat kekuasaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Dalam buku Ekspedisi Samala, Dwi Cahyono menguatkan pendapat bahwa Tamwlang itu adalah Tembalangan. Malang dianggapnya lebih logis sebagai pusat pemerintahan karena sejak abad ke-8 sudah ada Kerajaan Kanjuruhan.
Senada dengan Dwi, penulis dan pemerhati sejarah, Asisi Suhariyanto, menambahkan bahwa Kanjuruhan merupakan kerajaan vasal Medang. Bahkan, menurutnya, Kanjuruhan sempat menyumbang satu candi perwara di kompleks Candi Prambanan.
Dugaan ihwal Tembalangan merupakan Tamwlang ini makin menarik karena di Tembalangan konon pernah ditemukan arung atau gorong-gorong kuno yang diduga peninggalan era Mpu Sindok. Sayangnya, karena pembangunan perumahan modern, jejak arkeologis itu kini tertimbun entah di mana.
Prasetyo, warga Tembalangan, mengaku pernah dengar cerita soal gorong-gorong kuno itu. Tapi soal tempat tinggalnya pernah jadi pusat kerajaan? Ia belum pernah dengar. “Kalau ada orang nemu barang-barang kuno, iya, pernah. Namun, sudah lama banget,” ujarnya.
Cerita soal peninggalan kuno di sekitar Tembalangan juga pernah dimuat di Majalah Mahasiswa Solid, milik Fakultas Teknik UB. Dalam salah satu artikelnya, disebutkan bahwa di area kampus pernah ditemukan struktur kuno, yang diduga bagian dari masa lampau yang terlupakan.
Jumadi, mantan petugas keamanan di kampus UB, juga punya cerita. Ia bilang, pernah dengar ada tinggalan pusaka dan benda-benda kuno lain di area kampus. Bahkan, konon ada mitos soal dampar kencana, singgasana emas, yang tersembunyi di bawah kampus.
Apakah dampar kencana itu benar-benar ada? Bisa jadi cuma simbol dan ingatan kolektif warga sekitar bahwa wilayah tersebut sempat menjadi sebuah ibu kota kerajaan.
Memang, Tamwlang tak lama menjadi ibu kota Medang. Pada 937 SM, Mpu Sindok memindah ibu kota ke Megaluh, yang diduga berada di wilayah Jombang. Namun, periode Malang bisa jadi merupakan periode paling penting bagi pemerintahannya. Terbukti, selama sewindu beribukota di Tamwlang, ada delapan prasasti yang dikeluarkan pemerintahan Mpu Sindok. Hal ini membuat Malang Raya sebagai daerah dengan peninggalan prasasti era Mpu Sindok terbanyak di Jawa Timur. -Dendy Gandakusumah-