DeMalang.ID – Lebaran Idul Adha 2025 tinggal menghitung hari. Namun transaksi penjualan hewan kurban di Kota Malang masih sepi pembeli. Padahal para pedagang telah mengurangi hewan ternak di lapaknya.
Sejumlah pedagang hewan kurban di kawasan Jalan Terusan Danau Kerinci Sawojajar, Kota Malang, menyampaikan kondisi lesunya transaksi jelang Idul Adha 2025. Pedagang memprediksi hal itu disebabkan turunnya daya beli masyarakat.
“Biasanya lebaran kurang seminggu sudah banyak pemesan, tapi sekarang masih sepi,” kata Lufia Intan, seorang pedagang, Selasa, 3 Juni 2025.
Lapak hewan kurban Lufia pada Idul Adha 2024 menyediakan sebanyak 125 ekor kambing dan 73 ekor sapi. Saat dia mampu menjual 60 ekor kambing dan 7p ekor sapi. Ketika itu omzetnya bisa mencapai Rp 600 juta.
Sedangkan pada lebaran haji tahun ini, dia mengurangi stok hewan kurban jadi sebanyak 90 ekor kambing dan 50 ekor sapi. Sampai Selasa kemarin, baru terjual 22 ekor kambing dan 25 ekor sampai. Perputaran uang baru sebesar Rp 300 juta.
“Kalau perputaran uang bisa mendekati tahun lalu saja itu sudah bagus,” ucapnya.
Sejak awal Lufia sudah memerkirakan penjualan tahun ini bakal sepi. Salah satu penyebabnya daya beli masyarakat sedang turun. Ditambah lagi momen Idul Adha tahun ini juga berdekatan dengan musim masuk sekolah.
“Mungkin masyarakat menahan diri untuk biaya masuk sekolah,” ujar Lufia.
Kebijakan pemerintah menerapkan efisiensi anggaran diduga turut berdampak. Sebab sejauh ini belum ada satu pun ada instansi pemerintah yang mengambil hewan kurban dari lapaknya.
“Biasanya tiap tahun selalu ada instansi ambil di sini,” ucapnya.
Supadi, seorang pedagang hewan kurban lainnya di Jalan Terusan Danau Kerinci, turut mengamini kondisi tersebut. Padahal lebaran tahun ini hanya menyiapkan 24 ekor sapi dan 56 ekor kambing. Jauh turun dibanding tahun lalu disiapkan 56 ekor sapi dan 116 ekor kambing.
“Sepi, baru beberapa ekor sapi dan kambing yang terjual,” ucapnya.
Harga hewan kurban di kawasan ini bervariasi. Mulai dari Rp 3 juta sampai Rp 10 juta untuk kambing dan Rp 20 juta sampai Rp 85 juta untuk seekor sapi. Meski begitu mereka optimis tidak sampai merugi, tapi hanya mendapat sedikit keuntungan.
Kabul, seorang pedagang lainnya menyampaikan keluhan itu langsung ke Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat saat datang memantau. Kabul menyampaikan tahun lalu dia bisa jual 50 ekor sapi, sekarang menyiapkan 30 ekor sapi tapi baru beberapa yang terjual.
“Sekarang penjualan sepi pak, turun drastis,” katanya.
Wahyu Hidayat merespon keluhan itu, menyampaikan pemerintah tak bisa mengintervensi pasar terkait lesunya penjualan hewan kurban. Dia menyebut ini dinamika pasar yang harus dijawab oleh pedagang.
“Kami tak bisa intervensi harga. Ini sudah antara pedagang dan pembeli. Mungkin kembali ke strategi penjualannya,” katanya.
Pemerintah Kota Malang, lanjut dia, hanya bisa bantu memastikan sisi kesehatan hewan kurban. Memastikan ternak sehat sehingga layak jadi hewan kurban dan aman dikonsumsi masyarakat.
Dia juga mengimbau calon pembeli lebih dulu mengecek lapak pedagang apakah memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) atau tidak. Bila ada dokumen tersebut, dapat dipastikan hewan kurban aman dibeli.
Selain itu, petugas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) juga menerjunkan tim kesehatan hewan. Mereka memeriksa seluruh ternak guna memastikan tidak ada kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) maupun Lumpy Skin Disease (LSD).
“Alhamdulillah di Kota Malang aman, tidak ada kasus kesehatan hewan,” ujarnya. ZAINUL ARIFIN