DeMalang.ID—Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara memberikan edukasi kesiapsiagaan kepada siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar di daerah rawan bencana melalui pendekatan dongeng. Kesiapsiagaan berlangsung selama dua bulan terakhir`menjangkau 1.500 anak tersebar di 10 sekolah daerah rawan gempa dan tsunami. Program edukasi kesiapsiagaan merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI).
Pendongeng Sanggar Dongeng Kepompong menyajikan cerita dan dongeng untuk edukasi kesiapsiagaan bencana alam. Selain itu, juga mereka diajak bermain ular tangga raksasa yang berisi mitigasi bencana di daerahnya. “Bercerita kepada anak-anak tentang kesiapsiagaan bencana, serta belajar tentang apa harus dilakukan ketika terjadi bencana,” kata Ketua Sanggar Dongeng Kepompong, Yudi Priyanto.
Program bertajuk “Kesiapsiagaan Lewat Cerita: Menghidupkan Kembali Tradisi Mendongeng untuk Edukasi Bencana” dilangsungkan secara simultan. Program mengusung misi menanamkan nilai-nilai sosial, budaya, dan edukasi kesiapsiagaan bencana bagi anak-anak usia dini. Apalagi di Kabupaten Malang berpotensi terjadi sejumlah bencana alam seperti erupsi gunung Semeru, banjir dan longsor.

Program secara seremonial dilangsungkan dalam ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten. Direktur HMSI, Tomoki Hattori menuturkan cerita bukan sekadar hiburan. Cerita menjadi jembatan pengetahuan dan empati. ‘Melalui cerita, anak-anak bisa belajar tentang keberanian, tanggung jawab, dan kesiapan menghadapi situasi darurat,” ujar Tomoki Hattori.
Sebagai perusahaan yang hadir selama 43 tahun di Indonesia, Hino memahami pentingnya berkontribusi terhadap aspek sosial dan budaya. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, sehingga edukasi kesiapsiagaan sejak dini menjadi sangat penting.
Melalui program ini, Tomoki berharap dapat meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap kesiapsiagaan bencana menanamkan nilai-nilai empati dan gotong-royong. Serta turut melestarikan budaya mendongeng sebagai media edukasi yang menyenangkan dan efektif.
“Tanggung jawab sosial perusahaan tidak berhenti pada penyediaan kendaraan niaga, tapi juga menyentuh aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya melalui program edukasi budaya dan kemanusiaan seperti ini,” kata Tomoki Hattori. EKO WIDIANTO