DeMalang.ID – Jejak sejarah kota dan perkembangannya selalu menarik ditelusuri. Ada sisi romantisme dan pengetahuan dari masa lalu yang bisa menggugah inspirasi. Di Kota Malang sisa peninggalan peradaban masa lampau sampai era kolonial itu masih bisa dilihat sampai sekarang.
Jejak peninggalan kolonial Belanda di Kota Malang itu berupa bangunan, gedung perkantoran, tempat ibadah, taman sampai gardu listrik. Seluruhnya mewakili estetika dan langgam arsitektur yang berkembang pada masa itu.
Salah satu yang menarik ditelusuri adalah bangunan gardu – gardu listrik milik PLN yang dibangun pada masa Belanda. Seluruhnya bagian dari sejarah kelistrikan masa kolonial sampai awal kemerdekaan.
Gardu listrik ini disebut gardu Aniem, sebab pada masa itu dikelola oleh perusahaan listrik Belanda bernama Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij atau ANIEM. Orang-orang kemudian lebih mudah melafalkannya menjadi gardu Aniem.
Gardu listrik berfungsi layaknya rumah trafo, pelindung trafo atau alat pengubah taraf tegangan seperti menurunkan atau menaikkan listrik. Sehinga arus listrik stabil saat disalurkan ke perkantoran, rumah dan lainnya.
Umumnya bangunan gardu berdinding tebal dengan pintu tunggal untuk melindungi komponen di dalamnya. Gardu Aniem di tiap daerah memiliki gaya bangunan yang berbeda. Masing-masing mewakili langgam arsitektur yang berkembang pada masanya.
Pada masa kolonial, jaringan jalan dan listrik termasuk bagian penting dari terbentuknya sebuah kota. Turut andil mendukung industri kolonial di hindia Belanda. Riwayat munculnya listrik di hindia belanda sampai ke Malang berlangsung secara bertahap.
Awalnya, berdirinya sebuah perusahaan listrik Hindia belanda di Batavia atau Jakarta pada awal tahun 1900an. Tak lama kemudian di Surabaya berdiri perusahaan listrik Belanda ANIEM sekitar tahun 1909. Perusahaan itu meluaskan sayapnya sampai ke Malang.
Listrik Muncul di Malang
Diperkirakan listrik hadir pertama di Malang dengan kapasitas 60 kilo volt untuk mendukung transportasi kereta trem dan industri pabrik gula Krebet. Setelah penetapan gemeente atau Kotamadya Malang pada 1914, jaringan listrik diperkuat seiring rencana perkembangan tata kota.
Gedung perusahaan listrik Belanda atau Aniem di Malang mulai diperbesar sekitar tahun 1930an. Dari gedung yang sekarang jadi kantor PLN Layanan Malang di Jalan Basuki Rahmat ini, listrik didistribusikan ke wilayah kota. Digunakan untuk penerangan jalan umum maupun memasok kebutuhan permukiman khususnya perumahan elit belanda.
Guna memudahkan distribusi listrik pada masa itu, banyak dibangun gardu listrik atau gardu Aniem. Pendirian gardu listrik itu juga sejalan dengan bouwplan atau perluasan tata kota malang. Sisa-sisa bangunan gardu aniem itu masih bisa dilihat di beberapa tempat di Kota Malang.
Ada puluhan bangunan gardu listrik peninggalan Belanda yang masih tersisa di Kota Malang dan hingga kini dapat dilihat. Umumnya sudah tidak lagi berfungsi dan seluruhnya merupakan aset PLN. Tapi hanya satu yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, padahal gardu itu bagian dari sejarah Kota Malang.
Gardu Aniem berstatus cagar budaya itu ada di tengah Ijen Boulevard. Pada era kolonial, gardu setinggi 6 meter ini mengaliri listrik ke rumah –rumah di kawasan elit Ijen Boulevard. Gardu ini pernah jadi salah satu lokasi favorit untuk berfoto saat gelaran Festival Malang Tempo Doeloe.
Berikutnya, gardu Aniem di Jalan Tenes atau di area parkir luar Stadion Gajayana. Ukuran bangunannya lumayan besar dan dulu pernah jadi warung makan rawon alias warung biru. Di sebelah bangunannya terdapat bekas menara sirine atau gardu seruling (garling). Garling berfungsi membunyikan sirine bila ada serangan dari udara atau penanda waktu tertentu.
Ada pula di Jalan Basuki Rahmat, persisnya, di sebelah drive thru gerai makanan siap saji McDonald’s. Di kawasan Kayutangan juga terdapat sebuah gardu trafo era Belanda, tepatnya di dekat pintu masuk Jalan Basuki Rahmat IV, difungsikan distro pakaian dengan warna dinding bangunannya merah menyala.
Di Jalan Kahuripan sebelah pintu belakang Bank BCA Malang terdapat bekas gardu Aniem. Sayangnya menjadi sasaran vandalisme dan sekarang ditempati pedagang makanan. Di tepi Jalan S Supriyadi depan Gang Betet, berdiri kokoh sebuah gardu yang sudah tak difungsikan lagi.
Di area lapangan olahraga IKIP Budi Utomo di Jalan Simpang Arjuno juga berdiri sebuah gardu trafo Belanda. Kondisinya masih cukup baik seperti aslinya tapi warnanya cenderung mulai memudar tak terurus.
Masih banyak lagi bekas bangunan gardu-gardu peninggalan era kolonial yang dapat ditemukan. Seperti di Jalan IR Rais, di dalam permukiman kawasan Jalan Jakarta, di simpang Jalan Kawi, dan lainnya. Seluruhnya merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Kota Malang. ZAINUL ARIFIN