DeMalang.ID—Hujan deras mengguyur Kota Malang, tiga personil relawan Es Teh Anget memacu ambulans keluar markas komando Jalan Genteng Nomor 14 Kota Malang. Ambulans melaju menerabas hujan menuju rumah Titik Heriati, 82 tahun, warga Mergosono Kota Malang. “Melayani kontrol, sakit stroke ke Rumah Sakit Lavalette,” kata pendiri sekaligus penasihat komunitas Es Teh Anget, Akhwan Afandi, 41 tahun.
Akhwan yang akrab disapa Aphan mengisahkan komunitas berdiri sejak September 2017. Diawali aksi solidaritas mengantar pelajar yang terlambat bersekolah akibat mogok angkutan umum Kota Malang memprotes angkutan daring. “Saya meminta teman-teman yang nganggur untuk bergabung mengantar adik kita yang terlambat berangkat sekolah,” katanya.
Berawal dari solidaritas antar teman, kemudian digulirkan melalui Grup Facebook Komunitas Peduli-ASLI Malang. Awalnya, bergabung 50 sepeda motor kemudian bertambah hingga 150 sepeda motor. Gerakan semakin membesar dan bergabung 1000 orang. Hari kedua berlipat ganda menjadi 6 ribu orang.
Semua relawan terdata nama, jenis kendaraan dan nomor telepon. Mereka berkomunikasi di empat Whatsapp Group (WAG). Bergabung pula komunitas motor luar kota, komunitas mobil Hiace, dan perusahaan otobus. Total sebanyak enam ribu motor, dan 400 minibus yang membantu mengantar pelajar ke sekolah. Tiga hari usai aksi solidaritas, sebagian anggota menolak WAG dibubarkan. Mereka berharap aksi solidaritas berkembang untuk sosial kemanusiaan.
April 2018, mereka mendeklarasikan komunitas Es Teh Anget. Nama Es Teh Anget, berasal dari celetukan relawan bernama Roni Hardi. Dia mengantar seorang pelajar dan ditawari minum. Roni meminta es teh. Teh diseduh dengan air panas, kemudian diberi es batu. “Bercampur. Jadi es teh anget. Ada kisah asmara juga antara Roni dengan yang diantar,” kata Aphan.
Komunitas mengawali kegiatan dengan aksi bersih kampung putih di tepi sungai Brantas. Mereka membersihkan sampah yang mengotori sungai. Saat itu, sebanyak 300-an relawan yang tergabung. Lantas, mereka sering berkumpul dengan komunitas potensi Search and Rescue (SAR) bernama Rescue 020. Mereka belajar secara otodidak pertolongan pertama, dan mengikuti berbagai operasi SAR seperti mencari korban hanyut di sungai.
Tanpa Ambulans
Saat itu, Es Teh Anget tidak memiliki ambulans. Mereka mengunakan ambulans Wiu Wiu milik komunitas Komunitas Peduli-ASLI Malang. Ambulans berasal dari donasi yang dikumpulkan melalui Grup FB yang diinisasi Aphan. Komunitas Peduli-ASLI Malang Ambulans gratis, katanya, dipicu layanan ambulans gratis yang dilakukan Aremania Dewata yang mengantar jenazah Aremania Malang yang meninggal di Denpasar Bali.
“Pinjam ambulans Wiu Wiu, kemudian ada gesekan. Akhirnya ambulans dikembalikan,” kata Aphan. Namun, pelayanan tidak berhenti. Relawan Es Teh Anget mengendarai sepeda motor dan mengontak Public Service Center (PSC) Dinas Kesehatan Kota Malang, jika membutuhkan ambulans. Kemudian, Es Teh Anget dipinjami ambulans milik organisasi Islam, Rabithah Alawiyah.
Aphan beserta bapaknya mengalami kecelakaan lalu lintas pada 1999. Nyawa sang bapak tak terselamatkan, terlambat penanganan karena kesulitan mencari ambulans. “Jika diizinkan saya akan membantu sesama demi kemanusiaan,” katanya.
Saat Pandemi Covid-19, anggota DPR Moreno Suprapto sekaligus Ketua DPC Partai Gerindra Kota Malang meminjamkan dua unit ambulans. Ambulans, dipakai untuk penanganan Covid-19. Setahun lalu, satu ambulans dikembalikan setelah Kapoltesta Malang Kota Komisaris Besar Budi Hermaton memberi bantuan sebuah ambulans pada 17 Agustus 2023. “Ambulans Partai Gerindra digunakan untuk kondisi darurat,” katanya.
Awalnya, pendiri komunitas terdiri atas lima orang, lantas semua mundur dan tersisa Aphan. Kini, Alphan merupakan pendiri sekaligus penasihat Es Teh Anget. Anggota komunitas tersisa 35 orang. Sejak 27 Mei 2023, Es Teh Anget tercatat sebagai perkumpulan dan didaftarakan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Anggota Perkumpulan terdiri atas pemuda, berstatus sebagai pelajar, dan sebagian mahasiswa. Aphan bermimpin Es Teh Anget, membentuk karakter pemuda yang peka sosial dan kemanusiaaan. “Mengisi masa muda dengan kegiatan positif. Jangan terjebak pergaulan negatif yang merugikan,” katanya.
Saat ini, sebanyak 15 personil yang aktif piket di markas komando (Mako) Jalan Genteng 14, Kota Malang. Mako sewa sejak tujuh bulan lalu. Sebelumnya ambulans bersiaga di stasiun Kota Baru Malang. Hampir setiap hari membantu dan menolong yang membutuhkan ambulans. Seperti kecelakaan lalu lintas. Rata-rata setiap hari melayani 3-4 orang. Es Teh Anget menyediakan call center 085748449290 untuk pelayanan ambulans.
Untuk membiayai organisasi yang memberi pelayanan ambulans gratis, katanya, kadang penerima layanan memberi uang. Semua uang yang diperoleh dikumpulkan untuk bensin, sewa Mako dan biaya operasonal lain. Selebihnya, sekitar 20 persen berasal dari donasi orang baik. “Diharamkan meminta ongkos dan biaya atas jasa layanan yang diberi,” kata Aphan.
Relawan Bencana Alam
Selama ini, Es Teh Anget juga bergabung dalam operasi penanggulangan bencana alam. Pada 2018, mengirim 12 relawan untuk penanganan korban banjir dan longsor di Pacitan. Erupsi Gunung Agung dan Gunung Semeru. Untuk regenerasi, Es Teh Anget melakukan rekrutmen dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan dasar (Diklatsar) penanggulangan penderita gawat darurat. Tahun ini telah merekrut 26 anggota baru.
Marak komunitas dan relawan di Kota Malang. Tersedia sebanyak 40-an ambulans gratis dari lembaga dan komunitas. Marak ambulans gratis, kata Aphan, bukan sebuah keberhasilan. Namun, kegagalan pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. “Jika pelayanan baik, tidak ada ambulans gratis,” katanya.
Sebab, Dinas Sosial tidak melayani ambulans untuk pasien yang membutuhkan ambulans. Bahkan, pelayanan diberikan saat jam kerja. Sedangkan layanan ambulans di Rumah Sakit mahal, tak terjangkau. Untuk itu, Aphan mengajak komunitas berkolaborasi dan bermitra dengan pemerintah.
Kepekaan Aphan, terasah sejak menjadi Ketua Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK) Kota Malang 2003. Lembaga didampingi Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND) Kota Malang. Saat itu, ia bekerja berdagang onderdil kendaraan bermotor di pasar Comboran Kota Malang. Ia bergerak melakukan advokasi pelayanan dasar bagi masyarakat termasuk sektor kesehatan.
Berbagai pengalaman tak terduga Aphan terima saat melayani masyarakat. Suatu saat, ia makan siang di sebuah warung. Saat membayar, ternyata ada seseorang yang telah membayar makan siang mereka. “ Ternyata dibayar orang yang pernah kami tolong. Speechless, ternyata dia masih mengingat apa yang telah kami lakukan,” katanya.
Aphan juga mengaku teriris batinnya, saat mengantar jenazah pasien di sebuah rumah sakit di Kota Malang. Keluarga pasien tak mampu membayar ambulans RS, dan mencari ambulans gratis. Kemudian keluarga pasien menemukan call center Es Teh Anget setelah tiga jam. Ambulans Es Teh Anget mengantar jenazah ke Dampit, sekitar 40 kilometer dari Kota Malang.
Usai mengantar jenazah, keluarga memberikan uang receh yang berasal dari sumbangan para petakziah. “Dihitung sekitar Rp 80 ribu. Kemudian kami mengumpulkan uang dari relawan sekitar Rp 300 ribu. Kami masukkan amplop. Uangnya kami kembalikan,” kata Aphan memungkasi pembicaraan. EKO WIDIANTO
[…] deras mengguyur kawasan Cemoro Kandang, Kedungkandang, Kota Malang sejak sore. Hujan deras tak menyurutkan anak-anak dan remaja mengaji di Tempat Pendidikan Al Qur’an (TPQ) […]