DeMalang.ID – Banyak kalangan masyarakat mengenal Pasar Buku Wilis Malang surganya mencari buku bekas maupun baru. Di sini kita bisa mendapatkan bahan bacaan dengan harga murah terjangkau kantong termasuk berbagai literatur alternatif seperti buku kiri.
Lokasi Pasar Buku Wilis Malang di Jalan Simpang Wilis buka mulai jam 08.00 sampai 18.00 setiap harinya. Pembeli biasanya mulai berdatangan saat siang sampai sore. Mereka mulai dari kalangan masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dosen, pegiat literasi hingga kolektor buku.
Selain karena harga, umumnya mereka datang ke pasar ini karena kesulitan mendapatkan di toko buku umum atau tidak ada di perpustakaan. Baik itu untuk kepentingan sekolah, kuliah, bahan ajar, sampai untuk panduan praktis.
Ada pula yang sengaja ke Pasar Buku Wilis untuk berburu buku – buku lawas yang sudah mulai langka di pasaran. Tidak jarang ada yang berbelanja dalam jumlah besar untuk mendirikan atau menambah koleksi perpustakaan.
Di pasar buku yang berdiri sejak 2003 ini, anda cukup membawa daftar judul atau foto bukunya. Para pemilik kios bakal dengan cepat menyiapkan apa yang dibutuhkan pelanggan. Pesan judul buku tertentu pun bakal dilayani oleh para pedagang di pasar ini.
Pecinta komik bakal betah hunting cerita bergambar di sini. Mau cari peralatan tulis, buku gambar sampai buku agama pun tersedia. Anda dapat menemukan berbagai buku populer. Termasuk bacaan alternatif pemikiran tokoh intelektual kiri sampai kanan (konservatif) berupa karya fiksi dan nonfiksi.
Bagi pembaca sistematis khususnya buku – buku kiri, di Pasar Buku WIlis banyak dijual bacaan tersebut. Tidak hanya yang mengajarkan gagasan Sosialisme, Komunisme dan Marxisme-Leninisme saja. Banyak pula literatur teori sosial dengan perspektif kritis tentang keadilan sosial, kesetaraan dan kemanusian pembaharuan dari teori klasik tersebut.
Di dalam Pasar Buku Wilis Malang terdapat kurang lebih 68 kios pedagang, namun hanya segelintir kios punya koleksi buku kiri dalam jumlah banyak. Setidaknya ada dua kios yang bisa disebut terbanyak koleksi buku kiri baik karya fiksi dan nonfiksi. Yakni kios Sibuk Main Buku milik Aan dan kios Buku 43 punya Nurul.
“Tapi koleksi buku kiri di kios saya masih lebih banyak dibanding punya Bu Nurul,” kata Aan, pemilik kios Sibuk Main Buku.
Kios milik Aan tak asing bagi pecinta buku maupun pegiat literasi. Dia menyebut di dalam kiosnya terdapat 4 ribu koleksi judul dengan seribu judul di antaranya merupakan buku kiri. Pelanggannya mulai mahasiswa strata satu sampai program doctoral, aktivis termasuk kalangan profesional.
Aan ramah melayani pelanggannya untuk berlama-lama mendiskusikan isi buku. Dia tidak segan merekomendasikan judul buku pengganti kepada pembelinya, khususnya kepada mereka yang memiliki minat baca tinggi.
Misalnya ada yang mencari buku Antonio Gramsci tapi di kiosnya sedang tidak ada, maka dia sarankan buku lain yang masih relevan. Seperti referensi bacaan teori kritis mazhab Frankfurt karya Jurgen Habermas, Theodor Adorno, Herbert Marcuse dan lainnya.
“Tentu saran saya yang masih relevan, karya pemikir yang berusaha memperbaharui Marxisme,” ujar dia.
Mayoritas buku yang dijual di kios yang berada di sudut paling kanan lorong belakang itu merupakan asli, bukan buku kopian alias bajakan. Tak perlu ragu soal harga sebab relatif lebih murah dibanding beli di toko buku umum.
Sementara itu Nurul, pemilik Kios Buku 43 tak memungkiri kiosnya memiliki banyak menjual buku kiri. Tapi dia tak hafal berapa jumlah koleksi buku – buku pemikiran kritis tersebut.
“Ya bisa dilihat judulnya dari yang dipajang. Ini semua kan sumber pengetahuan,” kata dia.
Di kios ini ada beragam karya sastra genre realisme berupa novel dan kumpulan cerita pendek karya pemikir dari belahan dunia timur dan barat. Peminat novel karya Leo Tolstoy, Gabriel Garcia Marquez, Pauolo Coelho, Pramudya Ananta Toer, Maxim Gorky dan lainnya bisa mampir belanja di kios milik Nurul maupun kepunyaan Aan.
Pelanggan kios yang berada di sudut paling kiri di halama depan Pasar Buku Wilis ini banyak dari kalangan mahasiswa. Biasanya paling ramai saat tahun ajaran baru. Tak jarang pembelinya datang memborong atau memesan dalam jumlah banyak.
Bila anda penikmat buku-buku kritis dan memerlukan literasi alternative, maka silakan datang ke dua kios tersebut. Buku kiri sendiri tidak perlu ditakuti atau harus diberangus layaknya masa Orde Baru dengan dalih ancaman komunisme. Hampir semua tokoh pergerakan nasional kemerdekaan Indonesia juga mempelajari bacaan kiri.
Tapi bila anda ingin berburu buku populer umumnya, Pasar Buku Wilis Malang tetap bisa menjadi destinasi utama. Selain harganya yang murah, buku-buku bekas di pasar ini umumnya dalam kondisi cukup baik. ZAINUL ARIFIN