Menengok 7 Titik Sumber Air di Kota Batu dan Debitnya

Sumber Air Gemulo Batu - Zainul Arifin

DeMalang.ID – Sejak abad ke sepuluh Kota Batu sudah menjadi tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan karena dekat dengan mata air termasuk memiliki sumber air panas. Daerah pegunungan dengan udara sejuk dan nyaman ini pun juga dikenal sebagai Hulu Brantas.

Karena itu pula Kota Batu memiliki sumber air yang berlimpah. Pada era kolonial Belanda dibangun sistem penyediaan air minum berupa instalasi pengolahan air minum konvensional dengan jaringan distribusi yang terbatas.

Hutan di lereng pegunungan menjadi kawasan tangkapan air, menjamin ketersediaan air bagi penduduknya. Dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum dan rumah tangga, irigasi sawah dan kebun maupun kebutuhan lainnya.

Air yang tersimpan di Arboretum di Desa Sumber Brantas atau Titik Nol Sungai Brantas mengalir turun membentuk Sungai Brantas sampai ke Kalimas Surabaya yang bermuara ke selat Madura. Aliran sungai ini menyangga kehidupan bagi sepertiga masyarakat Jawa Timur.

Tapi seiring perkembangan jaman dengan alasan modernisasi menyebabkan alih fungsi hutan membuat daerah ini sekarang menjadi kawasan kritis dan menjadi ancaman serius. Salah satu dampaknya, banyak sumber air yang sudah mati maupun mengalami penurunan debit.

Arboretum adalah contoh nyata. Pada tahun 1980-an, debit airnya mencapai dua belas liter per detik. Sekarang turun jadi dua setengah liter per detik terutama saat musim kemarau. Beruntung kawasan yang dikelola Perum Jasa Tirta ini sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Data lama Perum PDAM Kota Batu (Perumdam Among Tirto), di kota ini tercatat ada 111 sebelas titik sumber mata air. Tapi hanya tersisa 58 titik saja yang masih aktif dan banyak di antaranya mengalami penurunan debit. Tapi bisa jadi semakin banyak yang sudah tidak lagi aktif.

Sekarang ada sejumlah sumber air dikelola sebagai tempat wisata. Tapi ada pula yang dibiarkan saja dan tetap dirawat sebagai sebuah sumber air. Berikut ini adalah 7 sumber mata air di Kota Batu yang masih terjaga.

Sumber Air Ngesong Kota Batu
Sumber Air Ngesong di Desa Punten, Kota Batu (DeMalang/Zainul Arifin)

Sumber Ngesong

Sumber ini terletak di dekat area perbukitan di Desa Punten dengan elevasi 983 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari lokasi ini, kita bisa melihat pemandangan yang ada di bawahnya. Airnya jernih dan kerap jadi tempat anak anak kecil bermain air.

Sayangnya kondisi lingkungan di sekitarnya seperti kurang terawat. Beruntung masyarakat sekitar secara berkala membersihkan sumber ini. Data lama menyebut sumber ini memiliki kapasitas debit sekitar 112 liter per detik. Airnya dimanfaatkan masyarakat sekitar dan melayani kebutuhan lebih dari seribu pelanggan PDAM.

Sumber Darmi

Sumber berada di Desa Oro-Oro Ombo, Junrejo. Kapasitas debit Sumber Darmi dulu pernah mencapai 37 liter per detik dan kini turun menjadi 18 liter per detik. Selain untuk mengairi sawah dan perkebunan, air dari sumber ini juga digunakan secara swadaya oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PDAM juga memanfaatkan air dari sumber ini guna melayani ribuan pelanggannnya yang tersebar di Desa Oro-Oro Ombo, Desa Tlekung. Serta sebagian sambungan di wilayah Kelurahan Temas dan Kelurahan Ngaglik.

Sumber Air Gemulo Kota Batu
Sumber Air Gemulo di Desa Punten, Kota Batu (DeMalang/Zainul Arifin)

Sumber Gemulo

Letaknya tak jauh dari jalan raya Desa Punten di depan hotel purnama. Kadang, banyak anak anak yang bermain dan berenang di sumber ini. Kapasitas debit air di sumber gemulo mencapai 160 liter per detik. Airnya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar termasuk hotel dan restoran dan pelanggan PDAM.

Sumber ini sempat terancam pembangunan hotel pada tahun 2013 silam. Warga berunjukrasa besar-besaran menolak rencana itu. Bahkan mengajukan gugatan sampai ke Mahkamah Agung pada 2016 dan akhirnya pembangunannya batal dilaksanakan.

Sumber Binangun

Instalasi pengelolaan air sumber yang terletak di Desa Bumiaji ini dibangun sejak 1931 silam, masih kokoh dan berfungsi sampai sekarang. Ada terowongan sepanjang 250 meter dengan lebar sekitar 2 meter dan tinggi 3 meter peninggalan era kolonial Belanda.

Sumber ini memiliki suasana yang asri dan sejuk dengan aliran air jernih yang cukup deras, cocok pula jadi tujuan wisata edukasi. Debit air di Sumber Binangun mencapai 250 liter per detik pada 1980-an, turun menjadi 230 liter per detik pada 2009. Belum ada data terbaru tapi diperkirakan semakin turun.

Sumber Air Banyuning Batu
Sumber Air Banyuning di Desa Punten, Kota Batu (DeMalang/Zainul Arifin)

Sumber Banyuning

Lokasi Sumber Banyuning atau Sumber Ngesong II tidak jauh dari Sumber Ngesong pertama. Letak sumber ini berada di tengah permukiman penduduk. Pada 1998, kapasitas debit mencapai 180 liter per detik. Sekarang diperkirakan merosot jadi 148 liter per detik. Airnya jernih dengan tanaman air yang masih hijau serta ikan hias membuat kawasan sumber ini sejuk dan asri.

Selain digunakan oleh swadaya masyarakat, air dari sumber ini juga dimanfaatkan untuk melayani pelanggan PDAM Kota Batu dan Kota Malang. Sekilas kondisinya kurang terawat. Tapi warga masih sering kerja bakti membersihkan sumber ini.

Sumber Kasinan

Lokasi sumber ini di Desa Pesanggrahan. Menariknya, sumber ini memiliki potensi air panas yang muncul permukaan dalam skala kecil. Diduga itu disebabkan letaknya tidak jauh aliran air yang berasal dari aliran pemandian air panas Songgoriti – Cangar.

Debit air di Sumber Kasinan dulu sempat berkapasitas 8 liter per detik dan terakhir tercatat turun menjadi 3,5 liter per detik. Ribuan warga memenuhi kebutuhan air bersih termasuk untuk minum dari sumber ini. Termasuk dikelola swadaya oleh warga untuk mengaliri sawah mereka.

Sumber Torong Belok

Sumber Torong Belok masuk wilayah Desa Songgokerto. Debit air di sumber ini nyaris tidak ada perubahan, sekitar 6 liter per detik. Selain dimanfaatkan masyarakat setempat, sebagian warga Desa Pesanggrahan juga memanfaatkan mata air ini. Termasuk oleh PDAM maupun dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar untuk irigasi.

Untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar, gerakan tanam pohon sering dilakukan di kawasan dekat sumber ini. Termasuk ratusan bibit bambu sebab tanaman ini jenis pohon tadah hujan yang akarnya kuat menahan tanah tak terkikis air saat hujan. (Zainul Arifin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *