Menjejak di Arboretum ‘Titik Nol’ Brantas

Titik Nol Sungai Brantas

DeMalang.ID – Hijau dan sunyi, hanya suara serangga hutan yang memecah tempat ini. Suasana segar sangat terasa di Arboretum Sumber Brantas. Inilah titik nol Sungai Brantas, penyangga kehidupan bagi sepertiga masyarakat Jawa Timur.

Letak Arboretum di lereng Gunung Arjuno Welirang di ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaat laut (mdpl) ini. Merupakan kawasan konservasi, tidak dibuka untuk umum. Masuk ke Arboretum Sumber Brantas harus mendapat izin Perum Jasa Tirta 1 selaku pengelola kawasan.

Dahulu lokasi ini merupakan lahan pertanian sayur penduduk, baru ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh pemerintah pada 1982. Tujuannya, menjaga agar mata air tidak semakin hilang seiring berkurangnya resapan air dari waktu ke waktu.

Arboretum merupakan bahasa Latin, yaitu arbor yang berarti pohon dan retum artinya tempat. Maknanya, tempat berbagai pohon ditanam dan dikonservasi untuk penelitian dan pendidikan. Memiliki fungsi penting secara ekologis, sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi perubahan iklim serta daerah resapan air.

Luas lahan Arboretum mencapai 19 hektar dengan kapasitas tanam 10 ribu pohon. Diperkirakan ada 130 spesies tanaman dan 80 jenis pohon di dalam kawasan ini. Seperti kayu manis, gagar, cemara duri, locari, serigon dan lain sebagainya dan menyediakan sumber air berlimpah.

Tapi kawasan konservasi ini berpotensi kritis tidak dilestarikan. Pada 1980-an, debit air di Sumber Brantas sekitar 12 liter per detik dan kini menyusut menjadi 2,5 liter per detik. Air muncul dari sebuah lubang air berkedalaman 1,25 meter dikelilingi batuan besar.

Air lalu mengalir menuju ke arah selatan bertemu dua sungai yang bermata air di Gunung Biru dan Gunung Anjasmara membentuk sungai yang lebih besar. Gabungan ketiga sungai ini menghasilkan sebuah air terjun yaitu Coban Talun di Desa Tulungrejo, Kota Batu.

Lalu terus mengalir sepanjang 320 kilometer melewati kurang lebih 17 kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Alirannya turut membentuk peradaban masa lampau dari masa Kerajaan Kanjuruhan, Medang Mataram, Kediri, Singosari sampai Majapahit. Dari titik nol Brantas inilah air menghidupi sebagian besar masyarakat Jawa Timur sampai hari ini. ZAINUL ARIFIN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *