Merekam Pertempuran Jalan Salak di Museum Brawijaya Malang

DeMalang.IDPuluhan siswa Sekolah Dasar datang berombongan. Didampingi dua guru, mereka mengamati kendaraan tempur yang dipajang di depan Museum Brawijaya, Jalan Ijen Kota Malang. Sebagian memilih mengabadikan momen, berswafoto. Sebuah papan terpasang berisi keterangan pertempuran di jalan Salak (Sekarang Jalan Pahlawan TRIP) Kota Malang.

Informasi ini membantu para pengunjung untuk mengetahui koleksi benda bersejarah di museum yang berdiri sejak 1967. Museum dikelola Pembinaan Mental (Bintal) Kodam V Brawijaya. Kendaraan tempur jenis tank AM Track ini merupakan kendaraan yang digunakan serdadu Belanda saat agresi militer Belanda 1947. Kendaraan ini pula yang digunakan Belanda masuk ke Kota Malang 31 Juli 1947.

“Tentara pelajar berhasil membunuh pengemudi dan merampas tank ini,” kata pemandu museum Brawijaya, Hasan Bukhori.

Kendaraan lapis baja ini menjadi saksi bisu aksi heroisme Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) Jatim Brigade 17 Detasemen 1. Sebuah pertempuran sengit yang dimulai pukul 10.00 WIB sampai 17.00 WIB. Sebanyak 35 prajurit TRIP gugur saat menghadang tank Belanda. 

“Senjata tak imbang. TRIP menggunakan senjata seadanya, sedangkan serdadu Belanda menggunakan senjata berat, termasuk tank,” kata sejarawan, M. Dwi Cahyono.

Prajurit TRIP menghadang tentara Belanda yang merangsek ke kantung pertahanan pejuang. Pertahanan pejuang saat itu, kata M. Dwi Cahyono, dibagi tiga sektor. Yakni sektor timur di lapangan rampal, sektor tengah di Kayutangan dan sektor barat di Jalan Ijen.

“Pertempuran terjadi sepanjang jalan Salak,” katanya. Sebanyak 35 prajurit TRIP gugur, dihantam meriam dan granat musuh. Prajurit yang gugur dimakamkan dalam satu liang lahat di kompleks pemakaman Pahlawan TRIP. Monumen Pahlawan TRIP dibangun 1959 dan diresmikan Presiden Sukarno.

Dimakamkan dalam Satu Liang Lahat

Monumen TRIP seluas separuh lapangan sepak bola, sebuah pusara besar berisi jasad 35 prajurit TRIP gugur dimakamkan bersama. Dinding monumen yang berhimpitan dengan permukiman elite ini bertulis nama prajurit yang gugur. Termasuk jasad komandan TRIP Susanto. Sebuah relief menggambarkan pertempuran sengit di Jalan Salak juga menghiasi dinding monumen.

Serdadu Belanda mengepung Kota Malang dari berbagai sisi. Sebelumnya, prajurit pejuang melakukan taktik bumi hangus. Pada 23 Juli 1947 gedung dan pabrik di Kotalama rata dengan tanah. Gedung BRI, Kantor Keresidenan, hingga Gedung Rakyat (Onderling Belang) hancur. Termasuk Hotel Negara (Splendid Inn), Hotel Palace dan Bioskop Rex. Diperkirakan bangunan yang dibumihanguskan mencapai hampir 1000 gedung.

Mengapa peristiwa heroik tersebut tak ditulis oleh Tjamboek Berdoeri? Pertanyaan itu bergelayut di benak Sejarawan dari Pusat Studi Budaya dan laman Batas Universitas Brawijaya FX Domini B Hera. Ia memperkirakan Tjamboek Berdoeri saat itu tak menjangkau wilayah pertempuran tersebut. Lantaran dari segi wilayah peristiwa Mergosono di selatan Malang sedangkan pertempuran TRIP di barat Malang. Apalagi pasukan militer Belanda juga berpatroli dan menghadang di sejumlah jalan utama.

FX Domini BB Hera yang akrab disapa Sisco mengaku tengah berkonsultasi dengan peneliti sejarah dan editor buku-buku Tjamboek Berdoeri, Arief W. Djati.  Menurutnya ada dua kemungkinan. Pertama Tjamboek Berdoeri tidak tahu, atau tahu, tetapi kurang jelas. Apalagi zaman itu daerah per daerah lebih susah dilewati karena laskar-laskar merasa itu “wilayah”nya.

“Atau kemungkinan ketiga, lebih berkonsentrasi penuh atas keselamatan keluarganya secara sporadis,” ujar Sisco. EKO WIDIANTO

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *