Pelesir ke Sumberawan, Taman Bidadari di Lereng Arjuno

Sejarah Candi Sumberawan

DeMalang.ID – Siang menjelang, kabut tipis yang menyelimuti lereng Gunung Arjuno perlahan hilang. Mata mulai dapat dengan jelas memandang Candi Sumberawan, sebuah bangunan suci yang diperkirakan dibangun pada masa Majapahit..

Candi Sumberawan terletak di ketinggian sekitar 650 mdpl di Desa Toyomerto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini berbentuk stupa, karena itu pula banyak yang menyebut sebagai Candi Stupa Sumberawan.

Di dekat candi terdapat kolam dari bebatuan kuno yang menampung air dari sumber mata air. Jernih dan segar, air ini tidak hanya digunakan oleh masyarakat sekitar. Tapi juga warga di Kecamatan Singosari dan lainnya.

Tidak dapat dipastikan kapan Candi Sumberawan pertama kali didirikan. Namun para ahli menduga bangunan ini didirikan sekitar abad XIV-XV Masehi. Menjadi tempat suci sekaligus padepokan bagi kaum Brahmana Budhha.

Kitab Negarakertagama menyebut lokasi ini sebagai Kasurangganan yang berarti taman bidadari atau taman surga nimfa. Konon, pada masa lampau kabut sering menyelimuti candi laksana negeri di atas awan. Menegaskan tempat ini sebagai lokasi suci dan indah.

Kitab karangan Mpu Prapanca itu juga menuliskan, Raja Hayam Wuruk pernah berkunjung ke Candi Sumberawan pada 1359 Masehi ketika hendak menuju Singasari. Sebagai bagian dari perjalanan pemantauan wilayah kekuasannya.

Sebagian sejahrawan berpendapat, Raja Majapahit itu berkunjung ke Candi Sumberawan dalam rangka Tirtayatra, bertandang ke petirtaan atau sumber air yang dianggap suci. Hayam Wuruk lebih dulu singgah ke Telaga Bureng atau Petirtaan Wendit. Lalu melanjutkan perjalanan ke Petirtaan Sumber Biru – Sumber Nagan dan ke Kasurangganan atau Sumberawan.

Di setiap petirtaan yang disinggahi, Hayam Wuruk selalu menyempatkan diri untuk ritual mensucikan diri menggunakan air di tiap sumber itu. Termasuk bersuci di sumber air di Sumberawan yang dipercaya berasal dari Gunung Arjuno.

Saat berkunjung ke Candi Sumberawan itu, sang raja yang berlatar agama Hindu Syiwa itu ditemui pada Brahmana Buddha aliran Mahayana. Mereka menyampaikan keinginannya kepada raja untuk memiliki tempat ibadah resmi.

Hayam Wuruk pun menuruti permintaan itu, memerintahkan pembangunan Candi Sumberawan. Pembangunan itu merupakan bukti nyata bahwa toleransi beragama dan penghormatan terhadap perbedaan telah ada sejak Majapahit.

Stupa di Candi Sumberawan menjadikan bangunan suci ini sebagai satu-satunya candi berbentuk stupa di Jawa Timur. Stupa merupakan salah satu simbol tempat suci untuk peribadatan umat Budha seperti Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Pembangunan Candi Sumberawan menggunakan batu andesit. Ukuran luas candi ini sekitar 6,25 meter dengan ketinggian 5,23 meter. Lokasi di mana candi ini berada hanya berjarak kurang lebih 2 kilometer dari Candi Singhasari.

Keberadaan candi ini lama tak diketahui, baru diketemukan lagi oleh masyarakat pada 1904. Dinas Purbakala Hindia Belanda baru mengkaji bangunan candi pada 1935. Pemugaran dilakukan pada 1937 dipimpin oleh Ir. Van Romondt.

Sekarang Candi Sumberawan menjadi salah satu obyek daya tarik wisatawan. Di sekitar lokasi ini banyak didirikan gazebo untuk wisatawan. Tiket masuk dipatok sebesar Rp 5 ribu dan jam bukanya mulai 08.00 – 16.00 setiap hari. ZAINUL ARIFIN

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *