Petirtaan Watu Gede, Tamansari Ken Dedes Jujugan Politisi

petirtaan watugede Ken Dedes

DeMalang.ID – Petirtaan Baboji, begitu Kitab Pararaton menyebut tempat pemandian ini. Dipercaya sebagai taman yang dikhususkan bagi Ken Dedes. Sekarang lebih dikenal sebagai Petirtaan Watugede di Singosari, Malang.

Nama Petirtaan Watugede merujuk lokasi di mana kolam pemandian ini berada yaitu di Desa Watugede, Singosari. Air jernih mengalir dari bawah sebatang pohon besar yang tumbuh di sisi timur tebing. Dari sumber itulah air mengisi dua kolam yang ada di sebelah utara dan selatan.

Anak-anak kecil dari desa sekitar sering datang bermain, mandi dan berendam. Pada momen tertentu banyak pengunjung datang untuk bersuci atau mandi di petirtaan ini, tidak jarang pula yang mengambil air untuk dibawa pulang.

Salah seorang juru juru kunci Petirtaan Watugede menyebutkan nama-nama sejumlah politisi lokal mulai kepala desa, calon anggota dewan sampai calon kepala daerah kerap singgah di sini. Termasuk sejumlah elit politik nasional. Beberapa nama di antaranya sangat familiar. Ada yang datang jelas kontestasi politik, ada pula berkunjung pada hari biasa.

“Saya pernah diminta bantuan menyiapkan mandi seorang tokoh politik Jakarta pada malam hari,” kata juru kunci itu.

Poltisi perempuan itu semula datang siang hari, kemudian berjanji datang lagi pada malam harinya. Dia membawa sejumlah perlengkapan ritual yang disarankan dan pulang selepas menjalankan ritual mandi di kolam itu.

“Setahu saya dia termasuk tokoh yang suka kebudayaan nusantara,” ucapnya.

Pengunjung dari latar belakang apapun dapat berkunjung ke tempat ini dan menjaga tata karma selama berada di dalam. Menikmati suasana sejuk dan asri, mandi dan bersuci maupun belajar sejarah lokasi ini. Sebab situs kuno ini memiliki nilai sejarah penting.

Petirtaan Watugede pada masa lampau dipercaya sebagai Tamansari Ken Dedes. Sebuah kompleks taman yang dibangun untuk istri Akuwu Tumapel Tunggul Ametung tersebut. Prajurit berjaga ketat, siap menghukum siapa saja yang menyusup masuk. Batu gores untuk mengasah pedang prajurit ada di tepi kolam.

Di petirtaan ini pula kali awal mula Ken Arok berjumpa dan Ken Dedes. Ketika itu, meninggalkan dunia hitam dan Arok mengabdi sebagai ke Tumapel. Dia menjadi diterima menjadi prajurit atas rekomendasi Dah Hyang Lohgawe, seorang brahmana berpengaruh.

Pedati yang membawa Tunggul Ametung bersama Ken Deses yang sedang hamil muda berhenti di petirtaan. Ketika turun, wiru atau belahan kain Ken Dedes tersingkap, membuat Arok tanpa sengaja melihat wawati atau organ kewanitaan Ken Dedes bersinar.

Arok pun berhasrat ingin memiliki Ken Dedes. Pada akhirnya, ambisi itu tercapai setelah Arok mengalahkan dan membunuh Tunggul Ametung. Dia memperistri Ken Dedes sekaligus menjadi penguasa baru Tumapel. Arok lalu mendirikan Kerajaan Singhasari, begitu penjelasan Pararaton.

Pengelolaan situs ini ada di bawah Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jawa Timur. Masuk ke tempat ini tidak dikenakan tiket masuk, pengunjung cukup mengisi buku tamu. Buka setiap hari mulai pukul 09.00 sampai 16.00. ZAINUL ARIFIN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *