DeMalang. ID – Sepasang macan tutul Jawa tampak berjalan di antara pepohonan hutan di kawasan Gunung Semeru. Bulu berwarna hitam mendominasi, membuat totol di tubuh hewan bernama imliah Panthera pardus melas nyaris tidak tampak.
Kedua kucing besar itu diperkirakan induk dan anak, sempat berjalan menuju ke arah sebatang pohon yang dipasang kamera trap. Keduanya merupakan macan tutul varian melanistik yang dominan pigmen hitam atau biasa disebut macan kumbang.
Rekaman penampakan macan kumbang itu diunggah ke media sosial resmi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). Lalu diunggah ulang oleh sejumlah akun media sosial. Banyak respon positif dari masyarakat dan berharap kucing besar tersebut hidup lestari di hutan Semeru.
“Itu hasil rekaman kamera trap yang kami pasang beberapa bulan sebelumnya,” kata Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha.
Kamera trap itu dipasang di dalam kawasan TNBTS pada Agustus sampai Desember 2024 silam. Dipasang oleh Yayasan Sintas Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Bagian dari survei macan tutul jawa se-Pulau Jawa, atau Java-Wide Leopard Survey (JWLS).
Di taman nasional ini total ada 40 kamera trap dipasang secara acak di titik area berukuran 4 kilometer persegi selama 90 hari. Lokasi dipilih mengacu pada temuan jejak cakar sampai bekas kotoran macan berdasarkan survei awal sebelum dipasang kamera. Tujuannya, memantau keberadaan satwa langka dilindungi tersebut.
Kamera trap tidak hanya berhasil merekam keberadaan dua ekor macan tutul itu saja. Total ada 24 ekor yang terekam di dalam hutan kawasan Bromo Semeru. Hasil rekaman menunjukkan mayoritas merupakan macan kumbang atau warna hitam gelap.
Macan tutul Jawa memiliki dua variasi warna bulu, yakni warna terang bertotol-totol yang umum dikenal sebagai macan tutul dan variasi warna gelap lebih sering disebut macan kumbang. Keduanya merupakan spesies satwa yang sama.
Dari satu induk dapat melahirkan macan tutul terang maupun gelap. Macan kumbang berbulu hitam gelap sebab mengalami melanisme, sebuah mutasi genetik yang membuat produksi melanin sangat berlebihan. Pola totolnya tetap dapat terlihat tapi dalam intensitas cahaya tertentu.
Hasil pemantauan itu menegaskan hutan Semeru menjadi habitat yang baik bagi macan tutul Jawa. Tapi jumlah macan tutul yang terekam dianggap belum menggambarkan populasi sebenarnya macan tutul di taman nasional.
Sebab bisa jadi jumlahnya lebih dari itu atau sebaliknya malah kurang dari data tersebut. Tidak menutup kemungkinan satu individu macan terekam kamera lebih dari satu kali. Karena itu otoritas taman nasional belum berani memastikan populasi sebenarnya.
“Sekarang masih proses survei. Nanti bila semua selesai, hasilnya akan kami umumkan ke publik,” ujar Rudijanta.
Identifikasi terhadap individu macan tutul dapat dilakukan berdasarkan visual foto dan video. Identifikasi itu berdasarkan jenis kelamin macan, pola totol, ciri-ciri morfologis dan dimensi dasar tubuhnya. Membedakan individu macan kumbang yang sekujur bulunya berwarna hitam dapat dibantu tanda spesifik pada tubuhnya seperti bekas luka dan lainnya.

Perjumpaan Langsung dengan Macan
Pemasangan kamera trap pada tahun ini bukanlah yang pertama. BB TNBTS beberapa kali juga melakukan aktivitas serupa, yakni memasang puluhan kamera trap selama kurun 2013-2018 silam. Pernah pula bekerjasama dengan Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. Saat itu sempat terekam macan tutul warna terang maupun gelap atau kumbang.
Bahkan petugas taman nasional memerkirakan populasi macan tutul di hutan Gunung Semeru Bromo sedikitnya ada 21 individu berbeda. Sayangnya tidak dapat dipastikan apakah populasi macan tutul semakin berkembang atau berkurang.
Sebab temuan lama itu tidak didokumentasikan dengan baik dan tak dikaji lebih detil. BB TNBTS juga menganggap temuan ketika itu tidak didukung kajian ilmiah. Sehingga tidak dapat dijadikan data acuan untuk survei terbaru.
“Dulu itu kan masih data lisan, masih katanya-katanya dan belum ilmiah. Kali ini ada kajian lebih komprehensif,” kata ujar Rudijanta.
Selain terekam kamera, dia menyebut dalam 1-2 tahun terakhir ini beberapa kali petugas taman nasional saat patroli lapangan berjumpa langsung dengan macan tutul. Tidak ada peristiwa penyerangan oleh kucing besar tersebut.
“Macan cenderung cepat menghindar begitu melihat manusia,” kata dia.
Selain itu, petugas dalam beberapa tahun terakhir ini juga tidak mendapat laporan dari penduduk terkait perjumpaan langsung dengan macan. Catatan peristiwa macan keluar dari habitatnya menuju permukiman warga terjadi pada 2010 silam. Ketika itu dilaporkan macan mendekat ke permukiman di Poncokusumo, Malang dan di Senduro, Lumajang
Daya jelajah seekor macan tutul antara 10-15 kilometer per hari. Satwa langka dilindungi ini hidup ekosistem seperti hutan pegunungan bawah dan atas kawasan Semeru, serta di hutan sub-alpin dan bahkan padang sabana.
Seno Pramudito, Kepala Bidang Teknik dan Konservasi BB TNBTS, mengatakan fase kematatangan reproduksi macan tutul untuk jantan ada di usia 3 tahun. Sedangkan macan betina pada umur 2 tahun dengan masa kehamilan selama kurang lebih 95-110 hari.
“Macan mulai masuk masa berkembang biak atau musim kawin selama periode Oktober sampai Maret,” ujar dia.
Keberadaan macan kumbang itu menjadi satu indikator penting, menunjukkan ekosistem di hutan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih baik. Ketersediaan pakan bagi kucing besar itu sangat berlimpah sehingga dapat bertahan hidup.
Meski begitu macan tutul Jawa di alam bebas tetap memiliki ancaman nyata. Antara lain dari aktivitas perburuan ilegal, perubahan habitat macan akibat terjadi kerusakan lingkungan. Ketersediaan pakan yang berkurang juga dapat jadi ancaman.
Otoritas taman nasional menyebut ada upaya perlindungan terhadap satwa langka dilindungi itu. Seperti petugas polisi hutan patroli wilayah secara berkala, memasang rambu penanda keberadaan hewan liar di beberapa titik seperti di Senduro. Termasuk membagi zona wisatawan di taman nasional demi menghindarkan perjumpaan langsung antara manusia dan macan.
Macan tutul Jawa merupakan hewan yang masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2007. Daftar itu menandakan status konservasi ekosistem dan risiko kepunahan satwa. Maknanya, macan tutul terancam punah di alam liar.
Pemerintah melindungi macan tutul Jawa lewat UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Serta menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. ZAINUL ARIFIN