Sistem Pertanian Microgreen, Alternatif Menanam Sayur di Perkotaan

DeMalang.ID–Setelah tujuh tahun tinggal di Singapura, Mina Sugianto Tio kembali ke Malang dan serius mengembangkan pertanian urban farming dengan konsep microgreens. Tak membutuhkan lahan luas, ia menggunakan garasi rumahnya di  kawasan Sukun di Kota Malang, Jawa Timur.

Mina membudidayakan sayuran dengan sistem microgreen sejak 2017. Ia mengembangkan usaha  dari sebelumnya membudidayakan sayuran dengan sistem organik. “Microgreens lebih banyak nutrisi, karena dipanen saat umur 7-10 hari saja,” kata Mina.

Banyak jenis sayuran yang bisa diterapkan metode microgreens. Diantaranya jagung, sawi, bayam merah, bayam hijau dan wortel. “Kebanyakan sayuran yang bisa dikonsumsi. Kita konsumsi saat masih tunas. Lebih banyak nutrisi, sebenarnya lebih cepet (panennya),” tuturnya.

Budi daya sayuran microgreens juga tidak membutuhkan tempat yang luas. Cukup menggunakan nampan untuk media tanam. Sedangkan harga jualnya relatif bagus. Setiap nampan sayuran microgreens benih lokal dijual antara Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. Sedangkan benih impor seharga Rp 80 ribu.

Sayuran yang diproduksi Mina dipasarkan langsung kepada konsumen. Potensinya masih luas, sedangkan di Jakarta dan Surabaya pasar sudah terbentuk. Sehingga petani bisa menjual ke retail.Di Singapura dan Jepang, katanya, sayuran microgreens pasarnya luar biasa. Sedangkan di Indonesia, biasanya restoran akrab dengan microgreens.

“Biasanya chef-nya menanam sendiri untuk garnis atau penghias hidangan,” ujarnya. Tujuannya untuk mempercantik dan menyajikan masakan secara menarik. Selain itu, untuk salad sayur juga digemari karena nutrisi microgreens juga bagus. AMAN ROCHMAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *