DeMalang.ID—Sejumlah pengunjung Candi Jajagho atau Jago berswafoto di pelataran candi. Sebagian naik ke badan candi sembari melihat sejumlah relief yang terpahat mulai di kamadhatu atau kaki candi sampai rupadhatu atau badan candi. Di kaki candi, teras kedua terpahat relief Kunjarakarna. “Mengisahkan surga dan neraka. Saya merinding kalau membaca relief Kunjarakarna,” kata juru kunci Candi Jago, Imam Pinarto.
Relief dibaca secara prasawya atau melawan arah jarum jam, mengelilingi bangunan candi. Mengisahkan Kunjarakarna yang menghadap Dewa Wairocana atau Budha untuk mengenal Dharma. Kunjarakarna ditunjukkan jalan arwah, apakah ke neraka atau surga. Disesuaikan perbuatan masa lalu.
“Perjalanan dunia arwah, masuk surga atau neraka. Ada 68 adegan,” katanya. Di salah satu adegan, dikisahkan Kunjarakarna dihempas banjir bandang. Imam menyebut jika sekarang disebut banjir rob. Namun, atas kesucian hatinya, ia terselamatkan dari bencana dengan menaiki perahu.
“Kunjarakarna akhirnya menghadap Dewata,” katanya. Relief terdapat di sisi timur candi. Menurut Imam, relief Kunjarakarna merupakan yang terpanjang di Candi Jago. Selain relief Kunjarakarna, Candi Jago berisi relief Angling Darma,Tantri Kamandaka, Arjunawiwaha dan Kresnayana.
“Relief ini menjadi pengingat kita semua. Bencana bisa terjadi kapan saja. Seperti potensi bajir rob di Jakarta. Tinggal bagaimana manusia melaluinya. Ingat alam dan leluhur,” katanya.
Candi yang terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kabupaten Malang. Dalam pupuh 41 gatra ke-4 Negarakertagama disebutkan Raja Singhasari, Wisnuwardhana yang menganut Syiwa Budha, perpaduan ajaran Hindu dan Budha memerintahkan dibangun Candi Jajaghu, yang artinya keagungan. Candi Jago dibangun mulai 1268 sampai 1280, sebagai penghormatan bagi Raja Singasari ke empat, Sri Jaya Wisnuwardhana.
Candi menghadap ke barat, Candi berdiri di atas batur setinggi satu meter dan kaki candi terdiri atas tiga teras bertingkat. Bangunan candi berbentuk segi empat panjang 23 meter dan lebar 14 meter. Sedangkan bagian atap candi hilang.
Candi Badut
Sementara di Candi Badut, Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sepi. Candi Badit sejauh 21 kilometer dari Candi Jago, lokasinya berada di tengah permukiman padat penduduk. Berbatasan dengan Kota Malang. Candi yang menghadap ke barat ini diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa Timur. Candi Badut dibangun atas perintah Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dalam Prasasti Dinoyo 760 Masehi, dijelaskan pusat Kerajaan Kanjuruhan berada di Dinoyo.
Candi Badut ditemukan pakar arkeologi pada 1923. Bangunan candi terbuat dari batu andesit. Berdiri di atas batur setinggi dua meter tanpa hiasan relief. Membentuk selasar selebar satu meter mengelilingi candi. Pintu masuk candi dihiasi kalamakara di atas ambang pintu.
Di dalamnya terdapat ruangan panjang sekitar 5,5 meter dan lebar 3,6 meter. Di tengah ruangan berisi lingga dan yoni, lambang kesuburan. Dinding sekeliling ruangan terdapat sejumlah relung kecil, kemungkinan awalnya berisi arca.
Sedangkan dinding candi dihiasi dengan relief burung berkepala manusia dan peniup seruling. Di keempat sisi tubuh candi terdapat relung berhiaskan bunga dan burung berkepala manusia. Sementara di dinding luar sisi utara candi terdapat arca Durga Mahisasuramardini yang tampak rusak. EKO WIDIANTO