DeMalang.ID–Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) di sejumlah titik. Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UMM mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Proyek PLTS dan PLTB diterapkan di Masjid Chengho Gua China di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Masjid Ahmad Dahlan di Karangploso, Wagir kabupaten Malang, SMP Negeri 21 Malang, SMP Negeri 24 Malang, dan lainnya.
“Termasuk di Kampus 3 UMM yang menggunakan teknologi ini,” kata Wakil Dekan I Fakultas Teknik UMM, Machmud Effendy dalam siaran pers yang diterima DeMalang.
Latar belakang pengembangan EBT berakar dari roadmap penelitian kampus yang selaras dengan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Salah satu alasan utama memilih daerah tersebut sebagai implementasi karena permasalahan ketidakstabilan listrik. “UMM sebagai ikon pengembangan energi terbarukan. Terutama sektor PLTS dan PLTB sejak 2012,” katanya.
Salah satu contohnya di Masjid Chengho, listrik sering mati karena lokasinya jauh dari transmisi PLN. Sehingga dengan pemasangan PLTS, kebutuhan listrik untuk pompa air dan penerangan dapat terpenuhi setiap saat.
Pelaksanaan proyek melibatkan berbagai pihak, termasuk PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) dan CSR PT Multi Sarana Insfrastruktur (BUMN) yang memberikan dukungan dana. Sementara, mitra CoE PLTS Teknik Elektro PT Blue Energy sebagai inisiator utama berperan dalam pengadaan dan pemasangan panel surya.
“PLTS unggul untuk lokasi terpencil. Teknologi bersifat off-grid sehingga tidak memerlukan izin dari PLN,” ujarnya. Sedangkan instalasinya sederhana, dan tidak membutuhkan infrastruktur besar seperti bendungan atau pipa. Namun, cukup memasang panel, sistem sudah berfungsi. Sehingga PLTS lebih mudah dan praktis untuk diterapkan di banyak tempat.
Sedangkan, dari segi perawatan PLTS dirancang untuk efisiensi jangka panjang. Panel surya dapat bertahan hingga 20 tahun dengan perawatan sederhana. Seperti pembersihan rutin setiap enam bulan. Machmud menyebutkan baterai PLTS memiliki masa pakai sekitar 4-5 tahun. Dilengkapi dengan sistem manajemen baterai agar lebih awet. “Teknologi tetap efisien dan dapat digunakan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Proyek ini diharapkan membawa manfaat besar bagi masyarakat dan menjadi model yang bisa diterapkan di tempat lain. Teknologi serupa bisa dikembangkan di masjid, pondok pesantren, atau puskesmas. Sehingga energi terbarukan bisa digunakan lebih luas. “Sejalan dengan visi UMM untuk mendukung pembangunan berkelanjutan melalui inovasi teknologi. Begitupun dengan visi pemerintah Indonesia terkait energi,” kata Machmud memungkasi wawancara. EKO WIDIANTO