DeMalang.ID – Tiga pria berbaju oren berdiri menunduk dengan tangan diborgol di Mapolresta Malang Kota. Ketiganya adalah predator, ditangkap polisi dalam kasus yang sama yakni kekerasan seksual pada anak dengan korban berbeda.
Tragisnya, korban dari ketiga pelaku kekerasan seksual pada anak di Kota Malang itu adalah orang terdekat mereka sendiri. Dua pelaku, masing-masing tega menyetubuhi anak kandungnya sendiri. Satu tersangka lagi mencabuli anak dari tetangganya.
Dua pelaku yang merupakan ayah kandung korban sendiri, melakukan kekerasan seksual selama 1-2 lebih. Kejahatan itu memanfaatkan situasi rumah yang sepi karena ibu korban bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran.
Kasus terungkap ketika korban bercerita kepada anggota keluarga korban lainnya. Ketiga pelaku ditangkap dan kasus dirilis pada Senin, 24 Februari 2024 di Mapolresta Malang Kota. Kini para korban masih didampingi tim trauma healing.
“Mereka memanfaatkan ketidakberdayaan anak, bahkan pada anak kandungnya sendiri,” kata Kasat Reskrim Polres Malang Kota, Komisaris Polisi Muhammad Sholeh.
Kepolisian menjerat ketiga predator anak itu menggunakan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Para pelaku diancam hukuman maksimal 15 tahun kurungan penjara.
Tim pendamping anak telah melakukan asesmen kepada ketiga korban. Tim memberikan bantuan medis maupun psikosial untuk memulihkan kondisi psikis para korban agar kembali seperti semula. Pendampingan dilakukan di rumah agar anak tetap nyaman.
Tiga kasus itu menegaskan tingginya kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Malang dalam dua tahun terakhir ini. Menempatkan anak-anak sebagai kelompok paling rentan dan beresiko tinggi. Ironisnya, para pelaku didominasi dari orang-orang terdekat mereka sendiri.

Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Malang mencatat pada Januari-Februari 2025 terjadi 27 kasus kekerasan terhadap anak, 40 persen di antaranya berupa kekerasan seksual.
Sedangkan pada 2024 lalu, tercatat ada lebih dari 80 kasus kekerasan terhadap anak juga lebih dari 40 persen di antaranya berupa kekerasan seksual. Sisanya berupa kasus perundungan dan anak korban kekerasan dalam rumah tangga.
“Tingginya kasus itu menunjukkan masyarakat semakin berani melapor polisi, tidak lagi mau menutup kasus itu,” kata kata Kepala Dinas Sosial Kota Malang, Donny Sandito.
Dia menyebut maraknya kasus kekerasan seksual yang terungkap dan diproses hukum itu menjadi dapat menjadi indikator. Bahwa masyarakat sudah mengerti jalur dan kepastian hukum serta mendapat jaminan perlindungan identitas korban.
Bagi pemerintah daerah, semakin cepat kasus terungkap maka proses pemulihan terhadap korban secara medis maupun psikis juga dapat cepat dilakukan. Sehingga tidak sampai menjadi fenomena gunung es, yang dapat mengakibatkan kasus butuh waktu sangat lama terungkap.
“Kami bisa langsung melakukan asesmen terhadap korban anak,” ujar Donny.
Dinas Sosial mengeklaim telah menyiapkan sejumlah mitigasi agar kasus kekerasan sosial pada anak di Kota Malang tidak semakin tinggi. Misalnya, kolaborasi bersama Dinas Pendidikan untuk sosialisasi pendidikan seksual sejak dini di sekolah-sekolah.
“Tidak sampai jadi kurikulum. Tapi kami sosialisasikan pada anak apa yang boleh dan tidak boleh disentuh pada tubuh mereka dan bahayanya,” kata dia.
Termasuk edukasi kepada para wali murid tentang pola asuh anak. Agar anak terhindar dari perilaku kekerasan dan diskriminasi, serta dapat tumbuh berkembang sesuai harkat dan martabat kemanusiaan.
Donny tidak memungkiri sosialisasi dan edukasi ke berbagai lembaga dan lapisan masyarakat harus terus digencarkan. Salah satu tujuannya, agar terbangun ekosistem pengawasan dan perlindungan anak yang kuat termasuk pelibatan setiap keluarga.
“Harapannya setiap masyarakat termasuk keluarga lebih peka dalam melihat kondisi anak,” ucapnya.
Dia mencontohkan ada kepekaan dalam melihat perubahan perilaku anak pada kondisi tertentu. Sehingga anggota keluarga maupun tetangga dapat cepat merespon dengan tujuan memastikan perlindungan pada anak. Termasuk apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada anak-anak.
Sebagai informasi, pengaduan kasus kekerasan pada anak di Kota Malang dapat dilakukan lewat sejumlah cara. Seperti datang langsung ke pos pelayanan kantor Dinas Sosial Kota Malang atau lewat media sosial dan website resmi dinas tersebut.
Pengaduan dan pelaporan juga bisa ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Malang Kota. Dapat pula meminta pendampingan dan bantuan ke sejumlah lembaga perlindungan perempuan dan anak seperti Woman Crisis Center Dian Mutiara. ZAINUL ARIFIN