DeMalang.ID – Ada banyak tempat obyek wisata pemandian alam di Malang yang bisa kita kunjungi. Menikmati sejuknya suasana sekitar dan merasakan kesegaran airnya, seolah jadi obat melepas kepenatan di tengah padatnya aktivitas.
Wisata pemandian alami di Malang umumnya memanfaatkan sumber mata air. Banyak juga merupakan petirtaan atau kolam pemandian peninggalan kerajaan era Jawa klasik. Satu di antaranya adalah Pemandian Sumber Polaman atau juga dikenal sebagai Telaga Polaman.
Lokasi kolam pemandian ini di Jalan Indrokilo, Desa Kalirejo, Lawang, Kabupaten Malang. Termasuk salah satu petirtaan bernilai sejarah ini. Sebagian masyarakat percaya jika air di kola mini berasal dari Gunung Arjuno.
Di sekitar Pemandian Polaman penuh pepohonan rimbun, membuat suasananya sangat asri. Asyiknya lagi, kita tak perlu merogoh duit bila ingin masuk ke tempat ini sebab tidak dikenakan tiket masuk. Maksimal hanya dipungut karcis parkir saja.
Pemandian ini pada momen – momen tertentu sangat ramai pengunjung. Biasanya saat tahun baru Islam 1 Muharram atau Suro dalam kalender Jawa. Banyak yang datang sedari siang sampai dini hari untuk mandi di kolam ini.
Semua itu karena sejarah tentang Petirtaan Polaman dan balutan mitosnya. Nama Polaman tertulis dalam Kitab Nagarakretagama, Pararaton dan Kidung Harsawijaya. Lokasi sumber air ini dijadikan tempat penahanan Jayakatwang, Raja Gelang Gelang.
Jayakatwang merupakan keturunan langsung dari Kertajaya, raja terakhir Kadiri yang digulingkan Ken Arok, pendiri Singasari. Riwayat sejarah itu membuat Jayakatwang menyimpan dendam, lalu atas hasutan petinggi Singhasari, dia memberontak dan mengalahkan Raja Kertanegara pada tahun 1292 Masehi.
Jayakatwang lalu memindah pusat pemerintahan dari Singasari ke Daha Kediri. Tak lama usai peristiwa itu, pasukan Mongol tiba di tanah Jawa untuk menghukum Kertanegara karena dianggap telah menghina utusan Kaisar Kubilai Khan.
Pasukan Mongol tak tahu bila telah terjadi pergantian kekuasaan di Tumapel. Raden Wijaya, menantu Kertanegara lalu bersekutu dengan pasukan Mongol. Keraton Daha, Kediri, luluh lantak diserang gabungan pasukan itu pada 1293 Masehi.
Pasukan Mongol menahan Jayakatwang di sebuah tempat dengan danau kecil di sekitarnya. Sejumlah sejahrawan menyebut lokasi Jayakatwang ditahan itu adalah Telaga Polaman atau pemandian Polaman. Selama di tanah pengasingan itu Jayakatwang menyelesaikan Kidung Wukir Polaman., karya sastra yang menceritakan kehidupannya selama masa penahanan.
Ada sejumlah versi tentang nasib Jayakatwang selanjtnya. Sebagian meyakini dia meninggal di Polaman. Versi lain menyebut Pasukan Mongol mengeksekusi Jayakatwang di atas sebelum pergi meninggalkan pulau Jawa usai diserang habis-habisan oleh pasukan Raden Wijaya.
Nama Polaman juga memiliki penafsiran lain. Ada yang menyebut berasal dari bahasa Jawa yakni kata Pa-Ulam-An. Ulam berarti ikan, sebab di pemandian ini banyak sekali ikan terutama jenis wader. Mitosnya, ikan air tawar itu muncul mengikuti aliran air langsung dari sumbernya dan siapapun bisa tertimpa musibah bila menangkap ikan wader itu.
Tapi di balik itu semua, air dari sumber ini telah dimanfaatkan banyak orang sejak masa lalu. Di di dalam Sumber Polaman, terdapat jaringan instalasi air yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda pada 1900 untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Bangunan jaringan air peninggalan masa kolonial itu masih bisa dilihat sampai sekarang. Air dari sumber ini dimanfaatkan tidak hanya oleh warga setempat, tapi juga digunakan PDAM Kabupaten Malang untuk melayani pelanggannya.ZAINUL ARIFIN